Siswi SMA Negeri 2 Kuta (Smanduta) kembali meraih prestasi dalam lomba ide kreatif kategori SMA dengan tema optimalisasi lahan pertanian dalam rangka pengendalian inflasi yang diselanggarakan oleh Pemerintah Provinsi Bali tahun 2023. Rencananya lomba ini akan terus dilaksanakan setiap rahina Tumpek Landep (setiap setahun sekali).
Event BALI Digivest II dilaksanakan secara bertahap dimulai dari: Pengumpulan karya (20 Mei 2023) – Presentasi online 30 besar (27 Mei 2023) – Presentasi offline 10 besar final (3 Juni 2023) Komang Ayu Wira Natalia mengatakan bahwa waktu yang digunakan untuk mempersiapkan lomba cukup singkat. Dikarenakan pengumpulan karya yang berdekatan dengan acara sekolah dan kegiatan SAS. Siswi kelahiran Tabanan ini juga menjelaskan runtutan pengerjaan yang mereka lakukan “Pertama, kami menganalisis masalah. Kedua, mengumpulkan ide/gagasan. Ketiga, konsultasi dengan guru pembimbing. Disini kita sempat merasa bimbang ide mana yang harus kita gunakan. Keempat, mulai mengerjakan karya berupa PPT yang sudah ditentukan isinya oleh panitia”.
Tak hanya Ayu Wira, Komang Trinita Cahyani juga turut berpartisipasi dalam perlombaan ini. Dari ide kreatif yang mereka tuangkan sehingga membuahkan hasil sebagai pemenang pertama dalam perlombaan ide keratif kategori SMA/SMK dan MAHASISWA/UMUM.
Pemenang 1 diraih oleh SMA N 2 Kuta, Pemenang 2 diraih oleh SMA Bali Mandara, dan Pemenang 3 diraih oleh SMA Tunas Daud.
Komang Trinita Cahyani bercerita, “Merupakan sebuah pengalaman baru yang sangat mengesankan. Percaya diri dan optimis merupakan kunci kami menuju babak 10 besar dan menjadi pemenang. Kami sangat bersyukur karena ada 3 tim dari SMA 2 Kuta yang lolos ke babak final dan menjadi sekolah dengan tim yang paling banyak lolos ke babak grandfinal.”
Tak hanya kesan, pesan juga disampaikan oleh siswi kelahiran Gianyar itu “Kami berharap dengan juara yang kami bawa pulang menjadi inspirasi bagi siswa lainnya. Agar semakin banyak prestasi yang di raih oleh siswa SMAN 2 Kuta”.
Bapak Anak Agung Aji Werdhi selaku pembinan mengatakan bahwa persiapan yang dilakukan oleh siswa lumayan singkat. Namun, menurutnya Trinita dan Ayu Wira cukup kritis menyikapi fenomena pertanian yang ada lalu dicarikan solusinya berbasis digital. “Sebagai pembina saya hanya memfasilitasi dan memotovasi agar ide dan potensinya bisa berkembang. Setelahnya, ya bergantung pada antusiasme anak-anak.”