Raih Juara Kompetisi Biola Internasional, Adinda Jadikan Musik Media Kesetaraan

Adinda bersama Addie MS dalam acara OrkesKita di Jakarta tahun 2019.

Embun membasahi wajah saya saat menapaki Perumahan Griya Permata, Ungasan, Kuta Selatan. Tidak biasanya kawasan Jimbaran memiliki embun sesejuk ini. Kawasan berbukit ini terkenal dengan cuacanya yang panas, bahkan ketika matahari baru saja merangkak. Namun, kali ini berbeda. Embun masih tersisa. Matahari takbegitu terik. Kepenatan perjalanan dari Kedonganan hingga Jimbaran jadi tidak terasa. “Mungkin karena kali ini akan wawancara dengan seseorang yang sepektakuler,” batin saya.

Perjalanan kali ini adalah perjalanan yang pasti mengesankan. Sebab, ada tokoh muda yang akan saya wawancara untuk mengisi rubrik profil di web sekolah. Sosok itu adalah Ni Made Adinda Laksmi Danaswari, siswa SMA Negeri 2 Kuta (Smanduta) yang prestasinya sudah menginternasional. Karenanya, saya telah mempersiapkan segalanya: pertanyaan, buku catatan, alat perekam, dan kamera.

Angkul-angkul berpintu kayu menyambut kedatangan saya. Pintu tiba-tiba terbuka. Seekor kucing keluar. Adinda ternyata sudah menunggu. “Maaf ya, rumahku agak berantakan. Liunan enceh meng (kebanyakan kencingan kucing red.),” ungkapnya sambil mempersilakan saya masuk. Sebelumnya saat saya menghubungi dia untuk diwawancara, Adinda memang sempat menyampaikan bahwa rumahnya dipenuhi kucing.

“Selamat,” itu adalah kata yang saya ucapkan saat duduk di ruang tamunya. Saya harus mengucapkan selamat sebab Minggu kemarin (27/6), ia dinobatkan meraih First Prize Winner (Juara I) pada International Youth Music Competition (IYMC) yang diadakan secara online pada bulan Mei 2021 di Atlanta, Amerika Serikat.

Gadis yang kini duduk di kelas XII IPS 3 ini mengungkapkan, International Youth Music Competition (IYMC) merupakan kompetisi musik klasik individu yang diadakan di Amerika Serikat. Pesertanya adalah para musikus muda dari berbagai negara. “Ada hampir 50 negara yang ikut serta dalam event ini,” papar Adinda.

Adinda menambahkan, selain diikuti musikus dari berbagai negara, dewan juri yang terlibat sebagai penilai juga dari berbagai negara, seperti Antonio Rugolo (Italia), Dr. Kevin Zhao (China), Dr. Chaerin Kim (Korea Selatan, Amerika), Dr. Vera Ilyushina (Rusia, Amerika), Eva Spata (Australia, Italia), Dr. William J. Earvin (Amerika), Shane Goodall (Afrika Selatan), Huu Mai (Amerika), Mary McGowan, Ed. Spec (Amerika), Pieter van Zyl (Afrika Selatan), Dr. Isaiah T. Bell (Amerika), Marija Maksimova (Makedonia), Jonas-Charles E. Brown (Amerika), Nina Weinfeld (Swedia, Prancis), Istvan I. Szekely (Spanyol, Hungaria), Lynne Lindner (Britania Raya), dan Misha V. Stefanuk (Rusia, Amerika).

Adinda menuturkan, prestasi ini merupakan capaian yang sangat berkesan dalam dirinya. “Pencapaian ini sangat berkesan sebab skala kompetisinya internasional. Dengan lomba ini, saya juga bisa mengukur potensi diri saya dalam bermain musik sekaligus juga mendapat apresiasi atas usaha saya selama ini ” ungkapnya.

Siswi kelahiran Denpasar, 28 Desember 2003 ini menceritakan, mengikuti kompetisi IYMC semula tanpa target walaupun demikian ia tetap berlatih dengan maksimal. “Saya tidak berambisi meraih juara. Tapi tetap berusaha yang terbaik. Saya latihan biolanya setiap hari, minimal 2 jam per hari. Untuk mengaturnya, apabila ada sekolah pada pagi harinya, saya selalu menyempatkan latihan pada malam harinya. Jika ada kesibukan pada sore hari, saya latihan pada pagi hari. Jadi saya menyesuaikan dengan kegiatan saya yang lain. Setiap ada jam kosong, saya berusaha mengisinya dengan latihan biola.”

Biola dan Adinda seperti pasangan yang takterpisahkan. Oleh karena itulah, prestasi pada bidang ini pun sangat mengesankan, seperti Highest score ABRSM Grade 1 Violin in 2016 tingkat Bali dan Nasional, Highest score ABRSM Grade 3 Violin in 2018 tingkat Bali dan Nasional, Highest score ABRSM Grade 5 Violin in 2019 tingkat Bali, Juara 2 musikklasikgram national online competition (music competition) untuk instrument biola kategori junior tahun 2020, Third place violin on Kings Peak International Music Competition in 2020 base in USA, dan First winner of International Grand Music Festival Competition Violin – Advance Category 2021.

Ditanya tentang motivasinya bermusik, Adinda dengan diplomatis menjawab. “Bermain biola atau bermusik secara umum, bagi saya bukan sebatas kesenian. Tapi bagian dari kesetaraan. Saya bisa bertemu dengan banyak orang dari beragam latar belakang. Biasanya, orang yang mencintai musik, pasti juga mencintai sesamanya. Pada musik saya merasa dihargai oleh sesama tanpa membeda-bedakan. Tidak perlu apa warna kulitnya, apa agamanya, apa etnisnya, di mata musik kita sama.” ungkapnya.

“Musik itu milik setiap orang. Sepanjang ia mencintai dengan sungguh-sungguh, pasti bisa. Musik itu bukan milik satu orang. Bukan milik orang putih atau hitam, kaya atau miskin. Semuanya.” sambungnya.

Ke depan, Adinda bercita-cita menjadi seorang komposer. Ia ingin melahirkan sebuah simfoni musik yang bisa dinikmati oleh banyak orang. Ia ingin menjadi musik sebagai media untuk menyatukan banyak orang. “Musik itu filosofinya adalah menyatukan perbedaan. Bermusik pada prinsifnya sama dengan kehidupan kita kan? Kalau perbedaan sudah bersatu, pasti indah,”.

Tidak terasa, percakapan saya dengan Adinda sudah berlangsung dua jam. Teh yang dihidangkan ibunya juga sudah habis saya seruput. Mengakhiri kisahnya, ia berkata, “Setiap orang punya potensi. Asahlah dengan baik, pasti berhasil. Seperti kamu yang pintar menulis. Asahlah.” Saya yang mendengar itu hanya tersenyum. Embun yang pagi tadi masih tersisa kini sudah tidak tampak lagi. Bukit Jimbaran kembali pada predikatnya: panas.

Penulis : D.A Erica Fleury

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *